SALAH ASUHAN

Pendahuluan

Pada video kali ini, saya akan membahas sinopsis salah satu novel karya Balai Pustaka, “Salah Asuhan”. Hal ini sebagai suplemen dari materi sebelumnya terkait novel “Salah Asuhan” yang mengalami perubahan sebagai akibat adanya persyaratan notaring Dogs. Mengapa Salah Asuhan mengalami penyesuaian? Silahkan simak video ini agar Anda menemukan jawabannya berdasarkan jalan cerita dari novel ini.

Salah Asuhan

Tema roman yang ada di dalam judul novel ini sudah mencerminkan isi cerita yang ada. Salah Asuhan mengasuh anak, yaitu Ibu Hanafi yang sangat berkeinginan agar anaknya berpikiran modern, berjiwa progresif, terpelajar, dan terkemuka. Sejak kecil, Hanafi dididik serba Barat karena arahan ibunya. Hanafi memandang segala hal yang berbau Timur, termasuk daerah asalnya Minangkabau, rendah dan pantas direndahkan.

Pernikahan Hanafi dan Raffi Ahmad

Hanafi memilih untuk menikahi seorang gadis berkulit putih dan berasal dari latar belakang budaya Barat. Namun, pernikahan Hanafi dan Raffi bukanlah sebuah perkawinan yang harmonis. Hanafi meremehkan Raffi karena ia dianggap tidak berkulit putih dan tidak berpendidikan Barat. Mereka seringkali berkonflik dan Hanafi sering kali mempermalukan Raffi di depan orang-orang. Seiring berjalannya waktu, pernikahan mereka semakin hancur.

Pertemuan dengan Cory

Ketika Hanafi bertemu kembali dengan Cory, mantan kekasihnya, ia memutuskan untuk meninggalkan Raffi dan memulai hubungan kembali dengan Cory. Namun, saat Hanafi mencoba meminta maaf kepada Raffi, Raffi menolak untuk memaafkannya. Hanafi kemudian menyusul Cory ke Semarang, namun sayangnya Cory sedang menderita sakit kolera yang parah. Pertemuan mereka menjadi perpisahan terakhir, karena Cory meninggal dunia.

Pulang ke Kampung Halaman

Setelah kehilangan Cory, Hanafi kehilangan keberadaan dan harta bendanya. Ia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya dan bertemu dengan putranya, Syafi’i. Namun, rapiah, mantan istri Hanafi, tidak mengizinkan Hanafi untuk bertemu dengan Syafi’i. Hanafi pulang ke Jakarta dengan hati yang hancur.

 

Sinopsis Novel “Salah Asuhan”

Novel “Salah Asuhan” karya Abdoel Moeis adalah salah satu karya sastra Indonesia yang klasik dan berpengaruh. Diterbitkan pada tahun 1928, novel ini mengangkat kisah cinta dan konflik budaya pada masa kolonial di Indonesia. Berikut adalah sinopsis singkat dari novel “Salah Asuhan”:

Latar Belakang

“Salah Asuhan” mengambil latar belakang pada awal abad ke-20, di Batavia (kini Jakarta), Hindia Belanda. Di tengah penguasaan kolonial Belanda, berbagai budaya dan lapisan masyarakat bertemu dan bersentuhan dalam kompleksitas yang memunculkan konflik sosial dan budaya.

Tokoh Utama

Tokoh utama dalam novel ini adalah Johan, seorang pemuda yang berasal dari keluarga pribumi yang telah diadopsi oleh keluarga Belanda. Johan tinggal bersama keluarga Oerip, termasuk Nyai Oerip yang telah merawatnya sejak kecil. Johan tumbuh sebagai anak yang terbilang cerdas, tetapi konflik identitas dan pencarian jati dirinya menjadi tema sentral dalam cerita.

Konflik Budaya dan Cinta Terlarang

Johan kemudian menjalin hubungan dekat dengan seorang gadis pribumi bernama Keumala Hayati. Hubungan ini menimbulkan kegemparan dalam masyarakat, karena pada saat itu hubungan antarbangsa dianggap tabu dan melanggar norma. Konflik budaya, perbedaan kelas, dan norma sosial menjadi penghalang dalam hubungan cinta mereka.

Kehidupan Sosial dan Drama Keluarga

Novel ini juga menggambarkan kehidupan sosial yang rumit di Hindia Belanda, di mana perbedaan kelas dan lapisan masyarakat tampak sangat jelas. Johan dan Keumala merasakan kesulitan dalam menjalani hubungan mereka, terutama dengan intervensi dan tekanan dari keluarga serta lingkungan sekitar.

Akhir Tragis

Cerita berlanjut dengan berbagai intrik dan pertentangan, akhirnya berujung pada akhir yang tragis. Konflik budaya, sosial, dan cinta yang tidak bisa diatasi membawa mereka ke titik terendah dalam hidup mereka.

Makna Mendalam

“Salah Asuhan” bukan hanya sekadar cerita cinta, tetapi juga mengandung makna dan pesan mendalam tentang pencarian identitas, budaya, dan penerimaan sosial. Novel ini mengkritik stereotip budaya kolonial dan menjelaskan betapa sulitnya hidup dalam masyarakat yang penuh dengan ketidaksetaraan.

Kesimpulan

“Salah Asuhan” adalah sebuah karya sastra yang masih relevan hingga kini. Dengan latar budaya dan kolonial yang kuat, serta konflik sosial dan cinta yang menggugah, novel ini memberikan pandangan dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada masa lalu dan mengundang pembaca untuk merenungkan permasalahan yang abadi seperti identitas dan norma.

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel