SEMAPUT DALAM DIRI #3

Hikma dan Erna telah pergi di jemput oleh ambulance untuk dirawat di RS terdekat.
Ali bertolak dengan gontai menuju tempat wudlu untuk melaksakan shalat duha seperti biasa yang tak kurang dari 6 raka’at. Ia mencoba shalat sekhusyu’ dan sezuhud mungkin. Selepas shalat, ia memanjatkan do’a:
“wahai Yang Maha Sempurna, segala puji bagi-Mu atas segala apa yang telah Engkau karuniakan kepada kami dan seluruh makhluk-Mu. Wahai Pemilik dan Yang menguasai seluruh makhluk, Engkau telah tahu apa yang terjadi padaku hari ini jauh sebelum ini terjadi, Engkau telah rencanakan semua ini dengan segala kesempurnaannya. Ya Rabb, hati yang terasa seperti meledak ini telah Engkau ketahui dan apa yang menyebabkan ini terjadi telah Engkau rencanakan. Maka dari itu, mampukanlah aku dan berilah aku kekuatan untuk dapat terus berhusnu-dzan pada-Mu dan atas kehendak-Mu, ridha akan apa yang harus aku hadapi dan senantiasa bertawakal dengan apa yang Engkau kehendaki. Berilah aku pengetahuan dan kemampuan untuk membuka tabir hikmah dari apa yang terjadi saat ini, hikmah dari perasaan yang telah menyukai makhluk-Mu, hikmah dimana aku merasa begitu sedih saat melihat keadaan makhluk-Mu itu. Dekaplah aku sehingga aku tetap merasakan kehangatan kasih sayang-Mu yang tak tertandingi, tuntunlah aku sehingga aku tak tersesat dan tak salah dalam mengartikan dari setiap kehendak-Mu. Jadikanlah aku senantiasa mengingat-Mu dalam hal bagaimanapun, sehingga ketika aku bersedih, Engkaulah yang mampu merubah kesedihan itu dan aku menjadi sadar bahwa kebahagiaan bukanlah tujuan Engkau ciptakan aku, ketika aku berbahagia, Engkaulah yang memperingatkan aku untuk tidak melebihi batas sesuai kehendak-Mu sehingga aku dapat terus mensyukuri apa yang terjadi. Jadikanlah aku sebagai orang yang mampu mensyukuri pahitnya kegetiran ini.
Wahai Dzat Yang Maha Benar, sesungguhhnya seluruh makhluk adalah milik-Mu, hidup karena-Mu, dan dengan izin-Mu lah semuanya ada dan jadi, dan segala sesuatu itu adalah dari-Mu dan semua itu kembali kepada-Mu karena Engkau adalah segalanya, segala dari segala-galanya. Engkau Yang Maha Rahman, Maha Rahim.” Iapun tersungkur sujud semaput mencurahkan segala rasa sedih mengadu kepada Pemiliknya.
Yazid: “Engkau telah berkehendak atas kami untuk ini, aku yakin bahwa semua kebaikan dari-Mu. Bilamanapun aku merasa sedih, Engkaulah penghiburku yang mampu merubah keadaan yang terjadi dan keadaan hati ini sehingga aku tegar menghadapinya, meski air mata ini tak mampu aku bendung, maka janganlah Engkau jadikan ini sebagai tangisan tanpa arti, namun jadikanlah sebagai karunia dimana aku mampu menyayangi makhluk-Mu itu yang kini tak berdaya.”
Oryn lebih parah, ia menangis sejadi-jadinya di ruang UKS. Tak kuat menahan sesak didadanya karena 2 sahabat terbaiknya kini tumbang dan dibawa ke RS untuk dirawat.
Hari ini pembelajaran mati total karena banyak hal yng terjadi, seluruh guru dirapatkan oleh kepala sekolah, hanya beberapa guru yang diperbantukan untuk membantu anak-anak dalam menangani keadaan yang terjadi, termasuk Bu Eka. Osis menggalang dana sosial untuk mereka yang terkena musibah.
***
Tomoko pergi menuju labnya yang hancur berantakan. Ia merenung di atas kursi menghadap brankas yang telah hancur lebur menjadi puing-puing.
“bagaimana mungkin ini bisa terjadi?” tanyanya dalam hati.
Ia berfikir merenung sendiri saat bumi mulai berputar ke arah timur. 14.30 WIB. Tak terasa ia telah berfikir mencari sebab musabab selama 2 jam lebih. Ruangan telah sepi karena kegiatan sekolah diberhentikan lebih awal. Semua siswa telah bertolak menuju rumah masing-masing sejak sekitar 11.30, hanya beberapa siswa saja yang masih berada di sekolah, adapun seluruh guru tengah mengadakan rapat darurat yang belum juga selesai sejak ledakan tadi pagi.
Tomoko berhipotesis bahwa ini adalah hari terakhir sekolahnya di Indonesia, karena hal ini pasti dianggap sebagai keteledoran seorang laboran manager. Namun demikian, ia tetap siap dengan apapun yang akan terjadi di hari kemudian karena memang itu adalah resiko baginya.
Adzan ashar khas Ali telah berkumandang dengan merdunya. Oryn, Yazid dan beberapa pengurus OSIS pergi ke mushola untuk menunaikan shalat ashar berjama’ah.
Pukul 16.30 guru-guru baru keluar dari ruang rapat. Pukul 17.00 semua siswa termasuk Tomoko yang sejak tadi hanya termenung berfikir di ruangan TKP untuk memecahkan teka-teki ini hendak pulang. Sekolahpun akhirnya sunyi, hanya ada 4 satpam yang dengan setia menjaga sekolah ini siang dan malam.
***
bersambung...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel