SEMAPUT DALAM DIRI #9

Waktu presentasi tiba.
“baik, berhubung semua pihak telah ada, kita langsung saja mulai forum ini.” Pak Doni, ketua forum yang juga sebagai penyelidik dari kepolisian.
“bukannya sekolah tidak akan menyertakan kepolisian untuk menyelesaikan kasus ini?” pikir Tomoko.
Rudi bingung, siapa Pak Doni ini. Kok tiba-tiba ada di sekolah dan memimpin forum.
Pak Doni adalah kepala tim forensik di kepolisian setempat. Beliau diminta bekerjasama oleh kepala sekolah 2 hari setelah ledakan terjadi untuk turut menyelidiki kasus tersebut.
“baik, untuk yang pertama, siapa yang akan mempresentasikan hasil telitiannya?” Pak Doni membuka forum dengan penawaran presentasi.
“Pak!” Rudi mengacungkan tangan. “Saya kira langsung saja kita menyaksikan presentasi nona Tomoko, karena presentasi milik saya telah saya sajikan pada forum sebelumnya.” lanjutnya.
“maaf Dek Rudi, sehubungan saya baru bergabung dalam penyelidikan ini, saya ingin tahu juga hasil riset Dek Rudi.” Jawab Pak Doni.
“baiklah, saya terlebih dahulu akan mempresentasikan milik saya.”
Rudi pun mempresentasikan dengan yakin hasil risetnya sesuai dengan materi yang sebelumnya hingga akhir.
“maaf Dek, boleh saya bertanya?” Pak Doni hendak mengajukan pertanyaan.
“silahkan.” Jawab.
“bila hasil riset Dek Rudi demikian, saya berkesimpulan bahwa Plutonium yang meledak merupakan hasil percepatan reaksi secara paksa dengan suatu unsur yang cenderung sangat reaktif dan memperpendek paruh waktu, namun kemungkinan tersebut terbantah dengan tidak ditemukannya unsur yang memungkinkan hal tersebut terjadi, karena pihak kami sebagai kepolisian juga turut diminta untuk menyelesaikan kasus ini sehingga kami juga mengambil beberapa sampel untuk diteliti, dan kami tak jumpai suatu unsure atau senyawa yang memungkinkan hal itu terjadi. Lantas apa yang terjadi dengan plutonium tersebut sehingga laju reaksinya begitu cepat dan meledak?” tanya Pak Rudi.
Rudi agak tergagap dengan pertanyaan dari Pak Doni. Namun untuk mempertahankan argumennya, dia pun menjawab “bukankah oksigen sangat reaktif terhadap plutonium? Dan tentunya kita tahu bahwa oksigen begitu banyak di udara.” Jawab Rudi puas. Pak Doni pun manggut-manggut.
“baik, agar tak terlalu berbelit-belit, kita langsung saja melihat hasil riset Dek Tomoko yang katanya ini riset kedua, betul?” Pak Doni bertanya disusul dengan anggukan Tomoko.
“baik. Begini, memang apa yang disajikan oleh saudara Rudi tadi saya akui sudah benar, hanya saja ada yang terlewat.” Tomoko memulai. “reaksi fisi yang terjadi saat itu sangat singkat dan ini merupakan suatu siklus yang telah diatur sedemikian rupa, karena bila ini adalah reaksi secara alami, tentu plutonium tersebut akan mencapai tingkat tersebut kurang lebih 23 tahun lagi. Di samping itu, ledakan yang terjadipun tak sehebat jika meledak secara alami. Dengan kata lain, ledakan ini telah direncanakan dengan baik oleh seseorang yang cukup hebat dalam kimia. Ini didasarkan pada ketiadaan unsure reactor pemicu baik di ruangan maupun pada plutonium sisa ledakan yang masuk ke kaki Hikma.” Papar Tomoko. “ada pertanyaan?” tanyanya kemudian.
“lantas apa yang menyebabkan meledaknya plutonium itu jika memang demikian?” tanya Rudi.
“seseorang memasukan unsure buatannya sendiri untuk mempercepat laju reaksi plutonium sehingga pada saat keadaan kritis, plutonium tersebut dengan reaksi yang diberikan unsure buatan itu meledak dengan intensitas yang telah diperhitungkan. Jadi sisa plutonium yang terdapat di kaki Hikma bukanlah kebetulan, tapi memang sudah disetting sebelumnya. Dan perlu diketahui, saya ke sini bukan hanya mengungkap kasus ini belaka, tapi juga saya akan menunjukkan siapa pelaku penyimpan unsure pemicu itu.” Sampai sini, Tomoko berhenti berbicara.
Ruangan sepi menegang. Hening. Semua menanti kelanjutan paparan Tomoko. Rudi semakin tegang, raut mukanya memerah dan keringat keluar. Para guru mulai berdiskusi dalam bisikan. Nampak kepala sekolah berbisik pada Pak Doni. Entah apa yang dibisikan ke telinga polisi tersebut. Namun yang terbaca bahwa Tomoko akan diberikan kesempatan untuk melanjutkan presentasinya melalui tatapan yang diikuti anggukan Pak Doni beberapa kali yang terfokus kepada Tomoko.
“oke. Silahkan nona Tomoko untuk melanjutkan paparannya, kita ungkap siapa pelakunya.” Pak Doni mencairkan suasana sambil melempar senyum pada Tomoko.
“baik. sebelum saya sebutkan siapa pelakunya, saya akan paparkan bukti-buktinya terlebih dahulu.” Tegas Tomoko. “pertama, berdasarkan absensi siswa pada saat kejadian, diketahui ada 21 siswa yang tidak hadir karena izin, 7 karena sakit dan 12 tanpa alasan. Tingkat absen ini merupakan tingkat ketidakhadiran tertinggi kedua setelah 2 tahun yang lalu saat kasus kebakaran kantor kepala sekolah terjadi. Kedua, diketahui bahwa seseorang yang menyukai korban, namun pada saat mengungkapkan perasaannya ia ditolak. Ketiga, terdapatnya asumsi bahwa ada indikasi ketidaksukaan terhadap saya sebagai ketua Lab. Bioteknologi.” Tegas Tomoko.
bersambung...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel